ANIMATED TEXT

Diari cikk yanaaa Pandora

Wednesday, 22 April 2015



Orang yang meminta maaf adalah orang yang berani.
Orang yang memaafkan adalah orang yang kuat.
 
 



walkaway



Bukan mudah nak jaga hati semua orang. Sampai kadang-kala hati sendiri pun kerap kali terluka. Fitrah manusia memang inginkan perhatian. Tapi acap kali juga tidak semua orang akan sukakan diri kita. Buatlah apa pun, bila orang dah meluat dengan kita, yang manis pun akan jadi pahit. Biarlah, apa yang penting, setiap yang kita lakukan tu ikhlas datang dari hati. Tiada manusia yang sempurna. Allah jadikan kita dengan 1001 kriteria untuk melengkapi antara satu sama lain. Renungkan~
 

"Innallaha Ma'ana Hasbunallahu Wani'mal Wakil"


Ingat lah kita bahawa hidup di dunia ini tidak percuma, kita di sediakan syurga dan neraka di akhirat kelak secara tidak langsung semasa di dunia yang tidak kekal ini kita mesti melakukan perintah Allah melakukan suruhannya dan mentaati nya agar hidup kita dirahmati dan sentiasa ditempatkan di sisinya.



.
 
 
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuura: 30).
Apabila seorang hamba mengakui bahwa segala musibah yang menimpanya dikarenakan dosa-dosanya yang telah lalu, maka dirinya akan sibuk untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosanya yang menjadi sebab Allah menurunkan musibah tersebut. Dia justru sibuk melakukan hal itu dan tidak menyibukkan diri mencela dan mengolok-olok berbagai pihak yang telah menzaliminya.
(Oleh karena itu), apabila anda melihat seorang yang mencela manusia yang telah menyakitinya dan justru tidak mengoreksi diri dengan mencela dirinya sendiri dan beristighfar kepada Allah, maka ketahuilah (pada kondisi demikian) musibah yang dia alami justru adalah musibah yang hakiki. (Sebaliknya) apabila dirinya bertaubat, beristighfar dan mengucapkan, “Musibah ini dikarenakan dosa-dosaku yang telah saya perbuat.” Maka (pada kondisi demikian, musibah yang dirasakannya) justru berubah menjadi kenikmatan.
Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu pernah mengatakan sebuah kalimat yang indah,